Sunday, June 29, 2014

Oost Koffie and Thee, Surabaya.

Mengusik sedikit tentang Surabaya. Ada sebuah tempat unik dan nyaman untuk kalian para warga Surabaya. Mungkin dengan lokasi yang kurang strategis (depan kali), tempat ini tidak diketahui oleh orang banyak, padahal tempat ini cukup cozy untuk sekadar berbincang santai dengan teman, mengerjalan tugas, atau hanya browsing-browsing internet. Oost, sebutan singkatnya berada di Surabaya bagian timur, tepatnya di Jalan Kaliwaron. Pasti banyak yang bertanya itu dimana tepatnya. Jangan khawatir, waktu pertama kali saya berkunjung ketempat ini pun saya nyasar, padahal saya didampingi oleh salah satu supir kantor saya. Lokasi ini di belakang Jalan Dharmahusada, sebuah jalan kecil pinggir kali.



Tema dari cafe ini adalah Jawa Belanda. Dari luar bangunannya seperti bangunan biasa, jelas makin membingungkan orang yang pertama kali kesini. Tapi ketika kita masuk, design interiornya benar-benar lekat dengan tema yang mereka ambil, Jawa Belanda. Kursi rotan yang khas dengan adat Jawa dan adanya hiasan Kincir Angin yang merupakan simbol dari negara Belanda. Benar-benar tema yang unik dan sempurna. Untuk makanan dan minumannya mungkin memang di design untuk hanya tempat bersantai, bercakap-cakap dengan teman, ataupun mengerjakan tugas, sehingga makanan yang disediakan tidak untuk makanan berat, tapi hanya yang ringan saja.

Tetapi untuk minuman, sesuai dengan namanya Koffie and Thee, minuman kopi dan teh nya cukup lengkap ditambah dengan minuman lainnya, seperti coklat yang cukup menggugah selera saya karena benar-benar enak.



Melirik pada buku menu makanan pun didesign dengan unik, tak hanya tampilan luar saja, tetapi dari penggunaan kata di dalamnya. Menggunakan campuran bahasa Indonesia, Jawa dan Belanda. Cukup menambah wawasan saya.


Menambah kesempurnaan cafe ini, untuk wifi yang cukup cepat, pelayanan yang ramah, kebersihan, kenyamanan walau di smoking area hanya di sediakan kipas angin tetapi cukup dingin dan tidak pengap, serta adanya live music accoustic di pojok wilayah smoking area yang melantunkan lagu-lagu santai yang memanjakan diri.


Oost Koffie and Tea boleh dimasukkan dalam list tempat berkumpul bersama teman di Surabaya. Recomended.




 





Puasa tahun 2014.

Ini adalah tahun ketiga saya menjalankan puasa jauh dari keluarga. Karena tuntutan pekerjaan, saya pun terdampar di kota orang, Surabaya, sedangkan keluarga saya berada di Jakarta. Jika ditanya apa rasanya, semuanya campur aduk, ga bisa dikatakan hanya dalam beberapa kata saja. Sedih, senang, bahagia, merana, ikhlas semuanya jadi satu.

Sahur pertama dibuka dengan bunyi alarm di hadphone, tak ada panggilan anak kecil dan remaja yang keliling membangunkan seperti di Jakarta. Karena belum mempersiapkan apa-apa untuk sahur, jadilah saya dengan mobil saya berkeliling mencari makanan untuk sahur, dan warung nasi pinggir jalan yang terlihat ramailah yang jadi pilihan sahur saya pagi ini. Nasi, telur bali capcay, teh hangat. Menu sederhana untuk menjalankan ibadah saya hari ni.

Keikhlasan menjalani ibadah wajib ini harus saya lakukan. Bekerja juga merupakan ibadah, bukan? Jadi kita harus menjalankan semuanya, tak boleh ada yang dikorbankan. Keluarga, mungkin hal itu yang menjadi pemberat saya setiap tahunnya untuk menjalankan ibadah puasa. Merasakan sahur dan berbuka seorang diri, atau bersama kerabat rekan kerja disini, tetap rasanya beda ketika bersama keluarga.ya, saya kangen sama keluarga saya. Mama, papa, abang-abang, adik dan keluarga besar saya di Jakarta.

Doa selalu terpanjat dalam setiap ibadah saya, semoga kebersamaan bersama keluarga selalu terkabul tanpa harus berhenti beribadah bekerja. Saya ikhlas...

Salam hangat untuk seluruh keluarga saya, saya disini baik-baik saja pasti bisa menjalani ini semua. Selamat berpuasa untuk keluarga, teman-teman dan semua umat muslim di dunia. Semoga ibadah kita lancar da mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT. Amin.


Tuesday, June 24, 2014

The Monumenous of Surabaya

Sebuah perjalanan 3 anak perantau dalam waktu 1 hari untuk mengelilingi Surabaya hanya dengan 1 tujuan, Mendokumentasikan Monumen di Surabaya sebagai kota Pahlawan.














Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Kota yang berada di Indonesia bagian wilayah tengah ini sudah sangat terkenal atas keindahan pantai dan keindahan alam lainnya. Kebudayaan suku Sasak pun sangat dijaga kental disini. 2kali saya menginjakkan kaki saya disini dan tidak pernah ada kata bosan untuk menjelajah seluruh keindahan disini. Pantai yang masih belum terjamah karena akses yang masih sangat sulit dilalui pun sudah saya kunjungi, sebut saja Pantai Pink. Pantai yang pasirnya terlihat berwarna pink ketika terkena cahaya matahari, sungguh memukau.

Pantai yang sangat alami, asri, jernih, serta ditambah pemandangan sekitar yang sangat mengagumkan tak pernah putus mata ini melihat dan tangan ini men-jepret-kan shutter camera untuk diabadikan. Tidak lengkap juga ketika kita melewatkan momen matahari terbit atapun matahari tenggelam.



Indonesia memang terkenal akan keindahan alam nya. Pegunungan, persawahan, serta perairan laut yang mendominasi wilayah Indonesia secara keseluruhan, semuanya terlihat sangat sempurna. Suatu karya yang tanpa cacat dari – Nya.


Jaga lah keindahan alam Indonesia.  














Gunung Bromo, Jawa Timur

Gunung Bromo merupakan salah satu rangkaian dari Gunung Semeru yang merupakan salah satu gunung aktif tertinggi di Pulau Jawa maupun di Indonesia. Suatu keindahan dari Kawasan Gunung Bromo sudah tidak diragukan lagi bagi masyarakat Indonesia maupun Dunia. Banyak  wisatawan asing yang sengaja datang ke Indonesia, khususnya ke Jawa Timur hanya untuk melihat sunrise di penajakan atas, salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise. Suku Tengger, suku asli di wilayah tersebut sangat menjaga keasrian dan keindahan kawasan wisata Gunung Bromo. Hal inilah yang memacu saya sebagai penikmat alam Indonesia untuk mengunjungi nya.

Berawal dari diterima nya saya bekerja di salah satu perusahaan BUMN Indonesia dan ditempatkan di wilayah Jawa Timur, Surabaya, memancing saya untuk meng-eksplore semua keindahan alam di Jawa Timur khususnya. Hanya bermodalkan motor matic, penasaran, dan fitur googlemaps, saya pun berangkat dari Surabaya menuju Probolinggo, sebuah kabupaten di Jawa Timur tempat Gunung Bromo itu berada. Ke nekatan yang saya miliki menjanjikan diri saya untuk bisa sampai disana. Butuh waktu 3,5 jam perjalanan saya sampai di desa Ngadisari. Dengan pengetahuan singkat, sampailah saya pada penginapan murah dan aman disana dengan merogoh kocek hanya Rp. 75.000,- saja 1 malam. Cukup bagi saya yang seorang diri.

Membaur dengan pendatang lainnya membuat saya makin berani dan tidak merasa asing kembali. Semakin malam, saya pun mulai menebalkan lapisan baju saya, yang tadinya hanya 2 lapis, menjadi 3 lapis baju, baju hangat dan jaket, serta tak lupa dengan sarung tangan, kupluk dan slayer. Saya mati angin, itulah yang orang utarakan. Saya pun janjian dengan pemilik kendaraan yang akan membawa saya berpetualang mulai tengah malam nanti. Jagung bakar, ronde dan kopi hitam pun menutup malam saya. Saya tidak ingin telat melihat sunrise, saya pun bergegas masuk ke penginapan.

Sekitar pukul 2 pagi saya dikejutkan dengan ketukan pintu, ternyata itu abang yang akan membawa saya berpetualang. Sedikit kaget setelah mengetahui ini masih hitungan tengah malam bagi saya, karena bagi saya, sunrise itu pukul 5, lalu kenapa jam 2 sudah dibangunkan dan menyegerakan saya bersiap. Tak banyak bertanya, 2.15 tengah malam saya pun berangkat. Dengan apa? Motor!!! Ya, saya menyewa ojek motor dengan harga Rp. 125.000,- yang akan membawa saya ke 4 lokasi di kawasan wisata Gunung Bromo.

Lokasi pertama akan saya jalani, yaitu Penanjaan Atas untuk melihat sunrise. Padang pasir sangat tebal dan udara yang menusuk tulang  hampir membuat saya putus asa, saya hampir menyerah karena motor gede yang saya kendarai harus berada dikecepatan kebih dari 80km/jam. Tulang saya rasanya mau copot semua karena dingin. Padang pasir yang sangat luas dan tidak memiliki cahaya selain cahaya dari bulan dan lampu dari kendaraan lain yang tertutup debu pasir dan kabut menemani perjalanan saya. Hampir 1 jam saya berkutat dengan padang pasir dan dilanjutkan dengan mendaki gunung. Dari kelokan jalan naik saya bisa melihat jejeran motor dan mobil jeep yang melewati padang pasir sangat tertata rapih, suatu pemandangan yang langka saya lihat. Padang pasir di Indonesia.


Tepat pukul  4, saya sampai di penanjakan atas, ini seperti halaman yang berada di ujung bukit. Ratusan orang berkumpul disini hanya dengan 1 tujuan, melihat sunrise atau matahari yang terbit dari belakang salah satu bukit. Ternyata tak butuh waktu lama, langit gelap sudah mulai merona karena cahaya matahari yang mengintip dari bukit. Seperti menonton film dan berada dalam sisi klimaks nya, saat matahari muncul, semua orang langsung bertepuk tangan dan bersorak sorai. Allahuakbar dan Subhanallah. Kata itu yang bisa saya ucapkan. Sungguh indah dan sempurna karya Allah ini.

Tak butuh waktu lama disini, cukup mengabadikan  dengan foto. Foto pemandangan serta foto membaurnya  kami disini seakan kami semua saling mengenal.


Melanjutkan ke lokasi kedua  yaitu Kawah Gunung Bromo. Ya, Gunung Bromo adalah merupakan kawah cekungan yang bisa dilihat secara dekat dan terjangkau denga cepat. Dengan menaiki ratusan tangga, saya pun bisa melihatnya dengan sangat dekat. Dekat dengan salah satu sumber keagungan Tuhan yang dengan kuasanya bisa menjadikan suatu kejadian yang maha dahsyat. Rasa lelah menaiki tangga ratusan, terbayar ketika berada diatas.





Kurangnya pengamanan diatas yang bisa saja sewaktu-waktu kita terpeleset dan masuk kedalam kawah panas tersebut, membuat saya merinding dan segera turun setelah mengabadikan semuanya. Savana, adalah lokasi ketiga perjalanan saya. Bukit Telletubies, salah satu rangkaan bukit berwarna hijau yang sangat indah dijadikan latar dalam berfoto merupakan sebutan rakyat suku asal yang juga diadopsi dari perkataan-perkataan wisatawan pendatang. Sungguh kaya Indonesia ini.


Perjalanan terakhir saya menutup rasa penasaran saya, yaitu Pasir Berbisik. Padang pasir yang sangat luas ini dinamakan demikian karena lokasi ini pernah dijadikan latar sebuah film layar lebar Indonesia yaitu Pasir Berbisik. Penasaran saya atas jalan yang saya tempuh malam sebelumnya, tanpa penerangan, terjawab sudah, dan saya memberikan 2 jempol  tangan saya kepada abang ojek yang membawa saya.  Padang pasir ini selain sangat luas dan tidak ada tanda apapun, kontur nya pun sangat membahayakan, bergelombang dan sangat tebal. Itulah jawaban mengapa kecepatan motor harus tinggi, agar tidak selip. Pasir Berisik Mbak. Ucap abang ojek saya ketika saya terbengong memandangi sekitar. Saya pun tangkap atas hal ini. Saya berdiam diri dan ketika ada hembusan angin, pasir itu pun seorah melantunkan nada yang tidak bisa saya ucapkan. Saya pun tersenyum pada abang ojek. Iya bang, pasirnya bernyanyi. Dan dia pun tersenyum.
Suatu pengalamanyang tidak akan pernah saya lupakan.

Sungguh sempurna.